Kebiasaan yang Tidak Tepat Dalam Merawat Kulit Bayi

Merawat anak sejak masih di kandungan pastilah menjadi kewajiban dari orang tua. Bahkan ketika anak lahir ke dunia, orang tua pasti selalu mencari yang terbaik untuk mereka.

Tapi tau gak sih Moms, kalau kebiasaan turun-temurun yang selama ini dilakukan oleh nenek moyang ternyata sudah tidak relevan dengan kesehatan khususnya kesehatan kulit bayi. Berikut Noroid rangkum kebiasaan yang ternyata salah ketika merawat kulit bayi.

  1. Memberikan Minyak Telon
    Sebenarnya penggunaan minyak telon itu masih sah-sah saja kok Moms, asalkan tidak berlebihan. Hal ini dikarenakan pemakaian minyak telon yang kebanyakan dapat membuat kulit si kecil iritasi. Bahan minyak telon termasuk dalam bahan iritan dan dapat berdampak kurang baik bagi bayi terutama untuk bayi yang memiliki kulit sensitif atau sedang mengalami eksim atau dermatitis atopik.
  2. Pemakaian bedak
    Gak afdol ya rasanya kalau si kecil habis mandi tapi tidak wangi bedak. Padahal faktanya penggunaan bedak itu sudah tidak direkomendasikan oleh para dokter anak lho, moms! Partikel kecil dari bedak dapat berdampak buruk bagi saluran pernafasan si kecil dan dapat menimbulkan gangguan pernapasan, seperti batuk-batuk, sesak nafas, dan mengi. Penggunaan bedak di pantat saat mengganti popok pun juga dapat membuat iritasi pada kulit dan malah membuat kulit menjadi iritasi dan timbul ruam popok.
  3. Mengganti popok sehari hanya 3-4x
    Kalau niat menghemat, lebih baik Moms ganti dengan penggunaan popok kain ya! Apabila menggunakan popok sekali pakai, Moms harus rajin ganti popok anak 3-4 jam sekali. Karena penggunaan popok yang terlalu lama dapat menimbulkan iritasi pada kulit si kecil dan menyebabkan pertumbuhan jamur berlebih sehingga menyebabkan ruam popok.

Noroid Derma Rash adalah solusi yang tepat untuk mencegah si kecil dari ruam popok. Diformulasikan khusus dengan Pseudo-Ceramide, Defensamide, Zinc Oxide, dan teknologi Multi-lamellar emulsion yang mampu merawat lapisan epidermis si kecil dan melembabkannya sehingga kondisi skin barrier tetap terawat dengan sempurna.

5 Tips Menjaga Kesehatan Kulit di Masa Pandemi

“Mencuci tangan dengan air dingin atau suam-suam kuku dan penggunaan produk pelembap kulit adalah sebagian cara untuk menjaga kesehatan kulit di masa pandemi. Pemilihan produk kulit yang tepat juga menjadi penentu bagi kesehatan kulitmu. Noroid Soothing Lotion dengan kandungan MLE Pseudo-Ceramide bisa menjadi pilihan produk pelembap untuk semua jenis kulit.” 

Halodoc, Jakarta – Mencuci tangan dan memakai masker wajah adalah protokol kesehatan yang selalu dilakukan selama pandemi untuk mencegah penularan COVID-19. Namun, terlalu sering mencuci tangan juga dapat membuat kulit tangan menjadi lebih kering.

Selain itu, penggunaan masker terkadang memicu pertumbuhan jerawat dan belang pada kulit wajah. Lantas, bagaimana cara mengurangi penyebaran virus COVID-19 sekaligus menjaga kesehatan kulit di masa pandemi? Berikut pembahasan lengkapnya!

1. Mencuci Tangan dengan Air Dingin atau Suam-Suam Kuku

Air panas tidak dapat membantu melawan kuman. Bahkan, mencuci tangan dengan menggunakan air panas meningkatkan kerusakan kulit. Selain itu, hindari juga penggunaan sabun dengan wangi, karena meningkatkan risiko iritasi kulit. Cuci tangan dengan air dingin atau suam-suam kuku untuk membantu menjaga kesehatan kulitmu.

2. Gunakan Pelembap

Salah satu masalah kulit yang sering terjadi saat pandemi, yaitu kulit mudah terasa kering. Hal ini bukan saja terjadi pada kulit wajah, melainkan tangan yang kerap kali terasa kering karena terlalu sering mencuci tangan atau memakai hand sanitizer berbasis alkohol.

Setelah mencuci tangan, jangan lupa untuk membilasnya dengan lembut, keringkan dan oleskan pelembap sesuai dengan kebutuhan. Anda bisa mengaplikasikan pelembap lebih banyak jika tangan masih terasa kering setelah sekitar satu menit. Sebagai rekomendasi, kamu bisa menggunakan Noroid Soothing Lotion pada kulit keringmu.

Kandungan MLE Pseudo-Ceramide pada Noroid Soothing Lotion bisa membantu meredakan iritasi kulit, baik itu kulit kering maupun sensitif. Selain Pseudo-CeramideNoroid Soothing Lotion juga mengandung defensamide yang bermanfaat merangsang AMP (antimicrobial peptide), sehingga dapat membantu pertahanan kulit terhadap mikroba.

Perlu diketahui juga produk ini menggunakan Multi Lamellar Emulsion yang memiliki kemiripan dengan struktur pipih lipid kulit, sehingga bisa meningkatkan penerimaan produk di kulit.

Selain itu, Noroid Soothing Lotion juga dapat digunakan untuk melembapkan wajah dan badan, sehingga dapat meredakan kulit kering atau gejala iritasi lainnya yang terjadi pada kulit.

3. Memakai Pelembap sebelum Menggunakan Masker

Untuk menghindari kulit berjerawat akibat penggunaan masker, pastikan tidak menggunakan masker yang sama berulang kali. Jangan lupa juga untuk membersihkan wajah dengan sabun wajah setelah memakai masker seharian di luar rumah.

Pastikan untuk menyediakan beberapa masker tambahan sebagai cadangan saat kamu beraktivitas di luar rumah. Hindari menggunakan masker yang terlalu kencang, sebaiknya pakai masker yang berukuran pas di wajah.

Selain itu, menurut jurnal dari National Health Service, disarankan untuk memakai pelembap 30 menit sebelum memakai masker agar kulit tetap lembap dan terhidrasi dengan baik. Dengan begitu, dapat mengurangi risiko iritasi pada kulit.

4. Menggunakan Tabir Surya

Anjuran berjemur di tengah pandemi bukanlah hal baru bagi masyarakat. Waktu yang baik untuk berjemur adalah pukul 9-10 pagi, karena sinar UV belum menyebar secara optimal pada jam tersebut.

Berjemur sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena dapat menghasilkan vitamin D. Meski begitu, kulit merupakan area yang sensitif, sehingga harus mendapatkan perlindungan dengan menggunakan tabir surya.

5. Pola Hidup Sehat

Menggunakan perlindungan eksternal saja tidaklah cukup. Tubuh juga perlu perlindungan dari dalam dengan menerapkan pola makan sehat. Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seperti buah, sayur, dan suplemen yang mengandung antioksidan seperti Astaxanthin dapat membantu menjaga kesehatan kulit.

Jangan lupa juga untuk mendapatkan tidur yang cukup, setidaknya delapan jam per hari, karena kurang tidur dapat menyebabkan kulit kusam dan kantung mata menghitam.

 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Skin care tips during the COVID-19 (coronavirus) pandemic.
Weill Cornell Medicine. Diakses pada 2021. Tips for Skin Care During the COVID-19 Pandemic.
The Journal of Investigative Dermatology. Diakses pada 2021. Treatment with Synthetic Pseudo-Ceramide Improves Atopic Skin Switching the Ceramide Profile to a Healthy Skin Phenotype.
Journal of Investigative Dermatology. Diakses pada 2021. The Characterization of Molecular Organization of Multilamellar Emulsions Containing Pseudoceramide and Type III Synthetic Ceramide.
Annals of Dermatology. Diakses pada 2021. The Clinical Efficacy of a Multi-Lamellar Emulsion Containing Pseudoceramide in Childhood Atopic Dermatitis: an Open Crossover Study.
National Health Service. Diakses pada 2021. Helping prevent facial skin damage beneath personal protective equipment.

Kulit Iritasi Akibat Hand Sanitizer dan Sabun?

Sejak COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga kini, salah satu bentuk pencegahan penularan yang bisa dilakukan adalah cuci tangan menggunakan sabun atau pakai hand sanitizer. Hal ini membuat hand sanitizer menjadi benda yang wajib dibawa saat beraktivitas, terutama di masa adaptasi kebiasaan baru saat ini.

Centers for Disease Control and Prevention menyarankan masyarakat untuk selalu sedia hand sanitizer, dan menggunakannya ketika tidak tersedia akses air dan sabun untuk cuci tangan. Namun, penggunaan hand sanitizer dan sabun secara intens untuk mencuci tangan juga memiliki efek negatif bagi kulit, yaitu membuat kulit kering, iritasi, hingga peningkatan risiko dermatitis kontak.

Bagaimana Hand Sanitizer dan Sabun Sebabkan Iritasi Kulit?

Menurut hasil studi dari jurnal Contact Dermatitis pada 2005, paparan bahan iritan, seperti detergen dan larutan berbahan alkohol dapat meningkatkan risiko dermatitis kontak. Penyakit kulit ini ditandai dengan peradangan berupa ruam kemerahan pada kulit, yang terasa gatal, akibat kontak langsung dengan zat tertentu yang dapat mengiritasi kulit.

Studi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi efek jangka pendek dari paparan berulang terhadap hand sanitizer atau cairan disinfektan yang berbahan dasar alkohol. Hasilnya, setelah dievaluasi selama 4 minggu, muncul pengerasan pada kulit, ruam, dan gejala iritasi lainnya. Meski begitu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang sifatnya jangka panjang, terkait hal ini.

Gunakan Pelembab yang Tepat untuk Atasi Iritasi Kulit

Sesuai rekomendasi Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA), hand sanitizer yang efektif menangkal virus corona harus mengandung setidaknya 60 persen alkohol. Terlepas dari risiko efek sampingnya, penggunaan hand sanitizer tetap diperlukan, sebagai alternatif jika tidak bisa cuci tangan. Namun, memang yang terbaik tetap cuci tangan dengan air mengalir dan sabun minimal 20 detik.

Lalu, bagaimana jika telapak tangan jadi kering atau bahkan iritasi akibat penggunaan hand sanitizer ataupun sabun? Tentu untuk sementara kamu sebaiknya mengurangi pemakaian hand sanitizer terlebih dahulu. Kemudian, coba ingat-ingat, apakah kamu berlebihan memakainya? Atau kamu tidak pernah menggunakan pelembab?

Jika iya, pantas saja kulit jadi kering. Penggunaan pelembab sangat penting, terutama jika kamu memiliki kulit yang mudah kering. Setelah mencuci tangan, jangan lupa oleskan pelembab pada seluruh permukaan telapak, punggung, dan jari-jari tangan. Pelembab dapat efektif mengatasi kulit kering akibat kandungan alcohol pada hand sanitizer dan SLS (Sodium Lauryl Sulfat) pada sabun serta mencegah iritasi, karena dapat mengunci kelembapan kulit di seluruh bagian tangan.

Namun, pelembab yang digunakan juga sebaiknya tidak sembarangan. Jika sudah terjadi iritasi kulit akibat hand sanitizer atau sabun, pilihlah Noroid, pelembab yang mengandung pseudoceramide.

Menurut studi yang dilakukan para ahli dari Department of Chemical Engineering, Hanyang University, Seoul, yang dipublikasikan dalam Journal Elsevier, kandungan pseudoceramide dalam produk pelembab dapat memperbaiki sawar kulit (skin barrier) yang rusak akibat penggunaan hand sanitizer atau terlalu sering cuci tangan dengan sabun.

Tak hanya itu, Noroid dengan kandungan pseudoceramide dan MLE (Multi-lamellar Emulsiontechnology, juga bisa mengatasi masalah kulit kering dan sensitif, mengembalikan kelembapan dan kesehatan kulit, serta mencegah kekeringan pada kulit. Selain itu, Noroid juga bisa digunakan sebagai pelembab harian yang aman digunakan setiap hari dan dalam jangka panjang.

 

Referensi:
WHO. Diakses pada 2020. Advice for The Public.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Show Me the Science – When & How to Use Hand Sanitizer in Community Settings.
Contact Dermatitis. Diakses pada 2020. Short-term effects of alcohol-based disinfectant and detergent on skin irritation.
Journal Elsevier – Colloids and Surfaces B: Biointerfaces. Diakses pada 2020. Fabrication of pseudo-ceramide-based lipid microparticles for recovery of skin barrier function.

Hand Sanitizer Bikin Kulit Kering? Ini Faktanya

Source

 

Selama masa pandemi, siapa sih diantara kita yang nggak kenal hand sanitizer? Tentunya segala bentuk produk sanitasi sudah menjadi kawan sehari-hari kita dalam menghalau kuman,virus dan bakteri yang ada. Selain tersedia dalam kemasan praktis yang selalu menjadi bawaan kemanapun kita pergi, hand sanitizer juga menjadi benda wajib yang biasa terdapat di ruang publik seperti pusat perbelanjaan atau sarana transportasi umum. 

Banyak produk oles yang kita gunakan sehari-hari ternyata dapat menimbulkan reaksi tertentu pada kulit. Dari kondisi kulit yang menjadi kering, bahkan sampai terjadi iritasi, salah satunya ketika terlalu sering menggunakan hand sanitizer. Hal ini disebabkan oleh kandungan alkohol isopropil, etanol, dan n-propanol yang biasa ditemukan dalam hand sanitizer. Alkohol dapat memengaruhi kandungan pelembap alami pada kulit dan membuat kulit kita lebih rentan mengalami dermatitis kontak.

 

 

Sourca

 

Di sini lah peran dari skin barrier. Dari beberapa bagian lapisan kulit , skin barrier merupakan lapisan teratas yang juga biasa disebut dengan stratum corneum. Bagian ini terdiri dari sel-sel korneosit yang saling terikat satu sama lain oleh lapisan lemak (lipid) dan berfungsi untuk melindungi kulit dari gangguan eksternal. Skin barrier ini melindungi kulit terhadap lingkungan eksternal dan mencegah penguapan atau hilangnya air dari kulit. Tanpa skin barrier, tubuh kita bisa kehilangan cairan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan dehidrasi.

Source

 

Bisa jadi karena kamu telah menggunakan hand sanitizer terlalu sering, kulit tanganmu menjadi  kering dan muncul ruam kemerahan dan gatal. Ini merupakan tanda bahwa skin barrier-mu terganggu dan butuh perawatan ekstra. Untuk merawatnya, kamu membutuhkan Noroid. Noroid diibuat dengan teknologi Multi Lamellar Emulsion, mampu merawat lapisan kulitmu dan melembapkannya sehingga kondisi skin barriermu tetap terjaga. Mengandung Pseudoceramide dan direkomendasikan oleh dokter, Noroid siap menjadi sahabat kulit kering dan sensitif.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tempat praktek
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Senen, Jakarta Pusat
Praktek pribadi
Apotek Lenore, Ruko Pasadena Blok R02-11. Mutiara Gading Timur, Mustikajaya, Bekasi Timur

Instagram
@dokterkulitbicara
@lenore_dermatologist_skincare
@kulitsehatku.official

 

Kenali Tanda Kulit Kering

Definisi kulit kering

Kulit kering adalah masalah yang terjadi ketika lapisan kulit paling atas (epidermis) tidak mendapatkan kelembapan yang cukup. Akibatnya, kulit terlihat bersisik, kasar, mengelupas, hingga merah dan pecah-pecah.

 

Dalam istilah medis, kulit kering disebut juga dengan xerosis. Kondisi ini dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja, tapi paling umum terlihat pada bagian tubuh yang mengandung kelenjar minyak paling sedikit seperti tungkai bawah, lengan bawah, tangan, serta kaki 

Siapa pun bisa terkena kondisi kulit yang satu ini, tapi orang lanjut usia biasanya lebih rentan. Hal ini disebabkan karena lansia mengalami perubahan proses keratinisasi dan penurunan produksi lemak atau pelembap kulit. Selain itu faktor eksternal dari lingkungan juga berperan seperti berada di ruangan ber-AC, sering menggunakan sabun cuci tangan, dan mandi menggunakan air panas.

Kulit yang mengalami xerosis cenderung lebih sensitif dan rentan terhadap kerusakan. Jika kulit Anda amat kering dan tidak dirawat, ada sederet komplikasi yang mengintai, mulai dari infeksi bakteri, eksim (dermatitis), hingga retakan kulit yang berdarah.

Meski demikian, kondisi ini tentu bisa ditangani dengan mengurangi faktor-faktor yang meningkatkan risikonya. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Gejala kulit kering (xerosis)

Kulit yang kering (xerosis) umumnya menunjukkan ciri-ciri khusus sebagai berikut.

  • Kulit terasa kasar dan tampak tidak rata.
  • Kulit terasa kencang dan ketat, terutama setelah mandi.
  • Kulit bersisik, mengelupas, atau pecah-pecah.
  • Kulit yang pecah-pecah terkadang bisa basah dan berdarah.
  • Kulit lebih sering terasa gatal (pruritus).
  • Terdapat perbedaan warna pada kulit, misalnya kemerahan atau keabuan.
  • Muncul garis putih ketika anda menggaruk kulit.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.

Kapan harus ke dokter karena kulit kering (xerosis)?

Kulit yang mengering biasanya bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup dan perawatan di rumah. Akan tetapi, Anda perlu segera pergi ke dokter jika terdapat kondisi berikut.

  • Kondisi kulit tak kunjung membaik meskipun sudah dirawat.
  • Kulit kering disertai kemerahan atau basah pada permukaannya.
  • Kulit sangat kering dan gatal hingga mengganggu tidur.
  • Terdapat luka terbuka atau infeksi bernanah akibat goresan pada kulit yang terlalu kering.
  • Area kulit kering yang bersisik dan mengelupas sudah terlalu luas

Jangan sepelekan berbagai tanda pada kulit yang sudah mengganggu kegiatan Anda sehari-hari. Pasalnya, gejala yang Anda alami mungkin saja menandakan penyakit kulit tertentu.

Penyebab kulit kering

Berikut sejumlah hal yang sering menyebabkan xerosis.

1. Cuaca dingin atau panas

Kulit biasanya berada pada kondisi paling kering saat cuaca dingin atau kering. Angin dingin pada musim winter membuat kulit menjadi kering. Pada saat ini, suhu dan kelembapan udara menurun sehingga penguapan akan tinggi dan membuat kulit menjadi kering. Selain itu, iklim panas selama musim kemarau juga bisa membuat kulit mengering dan mengalami dehidrasi karena terjadi pengeluaran keringat berlebih.

2. Paparan sinar matahari

Paparan sinar matahari dalam iklim apa pun bisa membuat kulit mengalami dehidrasi. Paparan sinar matahari berlebih menyebabkan berkurangnya kadar asam lemak esensial kulit serta memperlambat proses pergantian kulit.  Hal ini akan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, dan bersisik.

3. Mandi air hangat terlalu lama

Mandi dengan air hangat memang terasa menenangkan. Namun, kebiasaan ini justru dapat membuat kulit mengering dan bersisik bila dilakukan terlalu lama. Dampak serupa pun bisa terjadi jika Anda menggunakan air yang terlalu panas.

Oleh karena itu, batasi waktu mandi Anda agar tidak lebih dari 10 menit. Pastikan juga suhu air yang Anda gunakan tidak terlalu panas (suam-suam kuku saja), tidak melebihi suhu 37 derajat Celcius agar kulit tidak kering.

3. Penggunaan sabun dan deterjen yang keras

Sabun, deterjen, dan produk pembersih mengandung surfaktan serta berbagai zat kimia yang dapat menghilangkan kelembapan kulit. Penggunaan terus menerus terutama pada individu yang memiliki genetik kulit kering dapat meningkatkan risiko hilangnya kelembapan alami kulit.

4. Tidak minum cukup air

Aturan minum air delapan gelas per hari bukan sekadar mitos belaka. Pasalnya, tubuh memang membutuhkan cukup cairan untuk bekerja dengan baik. Kurang minum air dapat membuat kulit mengalami dehidrasi sehingga tampak kering dan tidak bercahaya.

5. Pemakaian obat-obatan tertentu

Beberapa jenis obat dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering, antara lain obat hipertensi, obat penurun lemak darah, diuretik, obat anti-rematik, obat golongan retinoid (baik bentuk minum maupun oles) dan kortikosteroid oles (pada penggunaan tak terkontrol jangka panjang). Obat-obat untuk pengobatan jerawat bisa membuat kulit wajah mengelupas dan mengalami kekeringan. Adapun berbagai obat jerawat oles yang menimbulkan efek samping ini yaitu retinol, asam glikolat, asam salisilat, dan benzoil peroksida. Isotretinoin oral juga dikenal dapat menyebabkan risiko kering pada kulit.

6. Gejala penyakit tertentu

Penyakit-penyakit tertentu memiliki gambaran kulit kering, antara lain golongan penyakit inflamasi (dermatitis atopik, psoriasis, dermatitis perioral, dan dermatitis seboroik), penyakit bawaan seperti iktiosis, penyakit endokrin dan metabolik (gagal ginjal, gagal hati, diabetes melitus, hipotiroid, hiperparatiroid), penyakit infeksi (skabies, infeksi jamur), penyakit darah (polisitemia vera), dan penyakit keganasan (limfoma, multiple myeloma) .

7. Faktor Hormonal

Pada saat menopause, andropause, dan kehamilan, kulit dapat timbul keluhan kering pada kulit dikarenakan perubahan keseimbangan hormon.

8. Pekerjaan atau Hobi

Pada saat menopause, andropause, dan kehamilan, kulit dapat timbul keluhan kering pada kulit dikarenakan perubahan keseimbangan hormon.

9. Lain-lain

Diet yang berlebihan dan kondisi malnutrisi mengakibatkan keseimbangan asupan nutrisi, cairan, dan elektrolit terganggu, sehingga produksi pelembap kulit akan terganggu dan kulit menjadi lebih kering.

Kebiasaan merokok dan minum alkohol pun turut berperan membuat kulit menjadi kering.

Penyakit gangguan jiwa seperti obsessive compulsive disorders yang sering berulang kali mencuci tangan, juga merupakan faktor pencetus kulit kering.

Faktor stres (stres fisik maupun emosional) serta kurang tidur pun dapat membuat kulit menjadi lebih kering.

Faktor-faktor risiko kondisi ini

Siapa pun dapat bermasalah dengan kulit yang mengering. Akan tetapi, risikonya lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi berikut.

  • Genetik atau keturunan, pada orang-orang yang memiliki riwayat atau keturunan atopik (asma, konjungtivitis alergi, rinitis alergi)
  • Berusia di atas 40 tahun.
  • Tinggal di daerah beriklim kering, dingin, atau memiliki kelembapan udara yang rendah.
  • Memiliki pekerjaan yang mengharuskan Anda bersentuhan dengan air setiap hari.
  • Sering berenang di kolam yang mengandung klorin.

Diagnosis & pengobatan kulit kering

Bagaimana kondisi ini didiagnosis?

Untuk mendiagnosis kulit kering alias xerosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat medis Anda. Hal ini juga mencakup kapan tanda-tanda kulit kering muncul, apa yang memperburuknya, cara merawat kulit, dan lain-lain.

Selain itu, dokter juga akan melakukan tes diagnostik bila kulit kering diduga muncul akibat kondisi medis tertentu.

Apa saja pengobatan untuk kulit kering (xerosis)?

Pada banyak kasus, kulit kering dapat diatasi melalui berbagai perawatan rumahan. Namun, jika masalah kulit Anda cukup parah, dokter akan merekomendasikan pengobatan khusus yang dapat mengatasi kondisi akut yang sedang dialami dan mencegah progresivitas kering yang terjadi

Kondisi kulit yang sangat kering juga dapat diatasi dengan obat resep kortikosteroid atau modulator sistem imun seperti tacrolimus dan pimecrolimus. Obat ini membantu menghilangkan rasa gatal, kemerahan, dan pembengkakan.

Perlu diingat bahwa beberapa jenis krim untuk kulit kering cukup membuat perih saat dipakai pada kulit yang memiliki eksim atau mengalami pecah-pecah. Jadi, Anda perlu menyebutkan riwayat medis terkait kulit Anda serinci mungkin dan bila tidak ada perbaikan segera kunjungi dokter spesialis kulit terdekat

Pengobatan di rumah

Berbagai gaya hidup dan perawatan rumahan di bawah ini dapat membantu Anda mengatasi kulit kering bersisik.

1. Rutin menggunakan pelembap untuk kulit kering

Mengoleskan pelembap secara teratur (minimal 2 kali sehari setelah mandi) bisa membantu membuat kulit kering menjadi lebih lembut dan halus. Pelembap yang tepat akan berperan sebagai pelindung lapisan teratas kulit yang mencegah penguapan air berlebih dari kulit.

Biasanya produk ini mengandung tiga jenis bahan utama yaitu sebagai berikut.

  • Humektan dengan fungsi utama untuk menarik air masuk ke lapisan korneum. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol, asam hialuronat, dan lesitin.
  • Oklusif, dengan membentuk lapisan fisik tidak aktif di permukaan kulit untuk mencegah penguapan dari dalam kulit. Contohnya adalah petrolatum, mineral oil, dan lanolin
  • Emolien yang berperan menghaluskan kulit dengan cara mengisi ruang di antara sel-sel kulit. Contoh emolien adalah asam linoleat dan laurat.
  • Protein rejuvenators, protein dengan berat molekul kecil berfungsi untuk  membantu peremajaan kulit dengan mengisi kembali protein esensial kulit. Contohnya adalah kolagen, elastin, dan keratin

Secara umum, semakin padat dan berminyak tesktur suatu pelembap, akan semakin efektif pula fungsinya untuk menjaga kelembapan kulit namun kekurangannya adalah timbul ketidaknyamanan karena lebih lengket. Oleskan pelembap secara rutin minimal 2 kali sehari, terbaik penyerapannya apabila dioleskan segera setelah mandi. Sebaiknya pilihlah pelembap yang mengandung bahan yang efektif sesuai kondisi keringnya kulit anda, lebih baik lagi bila tidak mengandung pewangi atau pewarna yang berisiko menimbukan iritasi atau alergi pada kulit yang sensitif. Jika anda bingung untuk memilih pelembap yang tepat, segera lah berkonsultasi ke dokter spesialis kulit terdekat.

Untuk situasi pandemi saat ini dimana kita sering menggunakan hand sanitizer atau sering mencuci tangan, maka pelembap dianjurkan untuk dioleskan sesering mungkin segera setelah kita selesai mencuci tangan.

2. Menggunakan produk mandi berbahan lembut

Pilihlah produk pembersih kulit berbahan lembut yang sesuai dengan pH kulit dan mengandung pelembap, lebih baik lagi jika tidak menggunakan pewangi maupun pewarna. Jika Anda ragu akan kandungan suatu produk, tanyakan pada dokter guna menentukan produk apa yang sesuai untuk kulit Anda.

3. Menggunakan pelembap udara (humidifier)

Humidifier bekerja dengan menyesuaikan kelembapan di rumah Anda. Dengan begitu, udara di dalam rumah tidak akan terpengaruh oleh cuaca yang panas maupun dingin. Kulit pun tidak mudah menjadi kering karena kelembapannya senantiasa terjaga.

4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat kontak dengan air atau bahan kimia keras lainnya

Masalah kulit kering, terutama di bagian tangan, sering disebabkan karena detergen atau sabun yang terlalu keras. Di sisi lain, menghindari kontak ini rasanya sulit karena Anda harus kontak dengan air dan deterjen serta sabun setiap hari.

Anda bisa mengatasi ini dengan memakai sarung tangan yang tidak tembus air saat kontak dengan air maupun deterjen/sabun. Untuk yang memiliki alergi dengan bahan lateks, hindari penggunaan sarung tangan berbahan lateks. Dengan begitu, kulit Anda tak akan bersentuhan langsung dengan air serta deterjen/sabun yang bisa mengikis kelembapan alami kulit.

5. Tidak menggosok kulit

Kulit kering dan bersisik mudah sekali terluka. Maka dari itu, hindari menggosok kulit terlalu keras setelah mandi, baik dengan tangan ataupun alat seperti spons dan sikat. Anda hanya perlu menepuk-nepuk kulit dengan handuk untuk mengeringkan tubuh.

Namun, bila berbagai cara yang Anda lakukan tidak juga mengembalikan kondisi kulit seperti semula, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit untuk mengetahui penyebabnya.

6. Hindari kontak air dalam waktu lama

Air merupakan salah satu agen iritan yang dapat mengikis kelembapan alami kulit bila terjadi kontak lama. Hindari mandi terlalu lama, usahakan mandi tidak lebih dari 10 menit dengan air yang tidak terlalu panas (suam-suam kuku saja, tidak lebih dari 37 derajat celcius).

Hindari kebiasaan merendam kulit yang kering dengan air garam, dengan cairan antiseptik, dengan air belerang, karena akan membuat kulit makin kering, rusak , dan bahkan dapat terjadi peradangan.

7. Hindari mengoleskan bahan-bahan yang memiliki sensasi panas atau menyengat pada kulit yang sedang kering atau iritasi

Tidak dianjurkan untuk mengoleskan bahan-bahan yang memiliki potensi untuk menimbulkan sensasi panas, menyengat serta iritasi pada kulit yang sedang kering. Contohnya adalah minyak kayu putih, minyak tawon, minyak gosok atau alkohol. Dalam kondisi kulit yang sedang kering dan iritasi, minimalkan megoleskan bahan-bahan yang tidak penting kecuali pelembap.

8. Perbaiki kualitas hidup

Penelitian telah membuktikan bahwa kondisi stres baik fisik maupun emosional dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering dan mudah gatal. Kelola stres serta hindari stres berlebih untuk menurunkan risiko kulit menjadi kering dan gatal. Hindari juga kebiasaan merokok dan minum alkohol. Perbanyak konsumsi sayur dan buah serta minum air putih yang banyak. Hindari kurang tidur dan lakukan olahraga secara rutin agar kulit menjadi sehat dan tidak kering.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tempat praktek
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Senen, Jakarta Pusat
Praktek pribadi
Apotek Lenore, Ruko Pasadena Blok R02-11. Mutiara Gading Timur, Mustikajaya, Bekasi Timur

Instagram
@dokterkulitbicara
@lenore_dermatologist_skincare
@kulitsehatku.official

 

Beli Sekarang